Image Text

Rabu, 30 Januari 2013

12 ADAB DALAM PERSAHABATAN


  1. Mengutamakan temannya dalam pemberian harta. Jika tidak bisa melakukan ini, maka ia beri temannya dari hartanya disaat temannya membutuhkan, walaupun sedikit. Alhasil, pertolongan dengan harta terhadap saudara saudara ada tiga tingkatan :     Tingkatan terendah adalah bila engkau tempatkan temanmu dalam kedudukan hamba atau pelayanmu. Maka engkau penuhi kebutuhannya dari kelebihan hartamu. Bilamana ia mempunyai sedang engkau mempunyai kelebihan dari hartamu, maka engkau beri ia sebelum ia meminta. Karena jika ia memintanya kepadamu, maka itu adalah puncak kecerobohan terhadap hak saudara.    Tingkatan kedua engkau tempatkan dia dalam kedudukan dirimu dan engkau rela ia ikut menikmati hartamu.    Dan tingkatan tertinggi yaitu engkau utamakan dia diatas dirimu dan engkau dahulukan kebutuhannya bila sama-sama mempunyai keperluan. Ini adalah tingkatan pada shidiq dan puncak pada tingkatan orang-orang yang saling mencintai.
  2. Menolong dalam jiwa dalam memenuhi kebutuhan atas kemauan sendiri tanpa menunggu permintaan. Hal itu lebih menampakkan tawadhu’ dan ini juga terbagi dalam beberapa tingkatan seperti menolong dengan harta. Maka yang terendah adalah memenuhi kebutuhan ketika diminta dan dalam keadaan mampu, tetapi dengan wajah berseri seri dan menampakkan kegembiraan.
  3. Menyimpan rahasia yang disampaikan temannya kepadanya dan tidak menyampaikannya kepada orang lain sama sekali maupun kepada temannya yang paling akrab dan tidak menyingkapnya sekalipun setelah pemutusan hubungan dan mengalami kerusuhan. Karena hal itu adalah tabiat yang hina dan batin yang buruk. Dan menutupi kejelekan yang diketahuinya baik tanpa setahu temannya, meskipun berkaitan dengan larangan Allah SWT demi menutupi kejelekan sebagaimana dianjurkan, sekalipun dalam keadaan putus hubungan. Dan tidak menyampaikan sesuatu yang menyedihkan dari celaan orang kepadanya. Ringkasnya ialah tidak menyampaikan yang tidak disukainya, kecuali bila wajib baginya mengucapkan sesuatu tentang amar ma’ruf dan nahi munkar dan ia tidak menemukan rukhsah untuk diam. Ketika itu ia tidak peduli untuk tidak menyukainya, karena hal itu merupakan kebaikan.
  4. Menyampaikan sesuatu yang menyenangkan berupa pujian orang kepadanya disamping menampakkan kegembiraan, karena menyembunyikan hal itu merupakan kedengkian belaka. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya adalah : “ apabila seseorang dari kamu mencintai saudaranya, hendaknya ia mengabarinya, hendaklah ia mendengarkan dengan baik ketika temannya berbicara dan tidak menyelidiki keadaanya. Bila mana melihatnya dijalan atau sedang menunaikan sesuatu keperluan, janganlah ia menanyainya tentang tujuan kepergiannya. Barangkali ia merasa berat menyebutnya.
  5. Hendaklah ia memanggil temannya dengan nama yang paling disukainya dan memujinya dengan menyebut kebaikannya yang ia ketahui, karena hal itu termasuk sebab terbesar untuk menimbulkan kecintaan begitu pula dengan memuji keluarganya, hingga ilmu dan karangannya tanpa berdusta dan berlebihan. Hendaklah ia berterima kasih kepadanya atas kebaikannya atas dirinya. Ini sesuai dengan kitab al-ihya bahka ia berterima kasih atas niatnya, meskipun telah terlaksana. Ali RA berkata : “ Barang siapa tidak memuji saudaranya/ temannya atas niatnya yang baik, maka iapun tidak memujinya atas perbutannya yang baik ”. hendaklah ia membela temannya bila ada yang menyinggung kehormatannya sebagaimana ia membela dirinya. Ini lebih besar pengaruhnya dalam menimbulkan kecintaan, karena hak persaudaraan adalah berusaha keras dalam melindungi dan membela teman serta menegur dan memarahi siapa yang mengganggunya. Rasulullah mengumpamakan dua orang saudara dengan dua tangan, yang satu mencuci yang lain, adalah supaya saudara yang satu menolong saudara yang lain. Hendaklah ia menasehati temannya dengan lemah lembut dan secara tersamar bila ia perlu menasehatinya. Hal itu dilakukannya dengan menyebut kejelekan-kejelekan perbuatan itu dan faedah – faedah bila meninggalkannya serta mengingatkannya akan akibat buruk perbuatan itu di dunia dan di akherat supaya ia berhenti melakukannya. Akan tetapi patutlah ia lakukan itu dengan diam – diam tanpa diketahui seorangpun. Apabila dilakukannya dihadapan orang banyak, maka itu adalah keburukan dan kecemaran. Dan apabila dilakukan dengan diam-diam, maka itu adalah kasih sayang dan nasehat yang sebenarnya. Assyafi’i RA berkata : “ Barang siapa menasehati saudaranya dengan diam-diam, maka iapun telah menasehatinya dengan membaguskannya sedangkan siapa yang menasehatinya secara terang – terangan, maka iapun telah mencemarkan dan menjelekkannya “.
  6. Hendaklah ia maafkan kesalahannya dalam agamanya karena dalam melakukan maksiat atau kurang memenuhi hak persaudaraan, walaupun ia sanggup imbalannya, karena sikap itu lebih besar pahalanya. Janganlah ia menegurnya dengan kebencian. Adapun pelanggaran agama seperti perbuatan maksiat atau terus menerus melakukannya, maka nasehatilah ia dengan lemah lembut supaya ia kembali menjadi baik. Adapun kesalahan terhadap dirinya, maka tiada perselisihan bahwa yang lebih utama adalah memaafkan dan menanggungnya. Telah dikatakan : “ Patutlah engkau mencari 70 udzur bagi kesalahan saudaramu. Jika hatimu tidak menerimanya, maka salahkan dirimu, betapa kerasnya engkau, ia mengajukan 70 udzur kepadamu, namun engkau tidak menerimanya. Maka engkaulah yang tercela, bukan temanmu. Jika ia tidak bisa menerima perbaikan, maka jika sanggup sebaiknya engkau jangan marah. Akan tetapi hal itu tidak mungkin. Assafi’I telah berkata : “ Barang siapa yang dibangkitkan kemarahannya sedang ia tidak marah, maka ia adalah keledai. Dan barang siapa yang diminta kerelaanya sedang ia tidak rela maka ia adalah setan. Maka janganlah engkau menjadi setan atau keledai jika tidak mau menerima.
  7. Mendo’akannya ketika berada sendirian dimasa hidupnya dan sesudah matinya dengan segala yang disukainya bagi dirinya dan keluarganya. Maka engkau dokan dia sebagimana engkau mendoakan dirimu. Janganlah engkau bedakan antara dirimu dan dia, karena doamu bagi dirinya sama dengan doanya bagi dirimu. Nabi Muhammad SAW bersabda : “ Apabila seseorang berdoa bagi saudaranya dalam keadaan sendirian, malaikat berkata : dan bagimu seperti itu. Dalam lafaz ini Allah berfirman : denganmu aku mulai. Disebutkan dalam hadist ‘ dikabulkan doa seseorang bagi saudaranya tidak seperti yang dikabulkan baginya mengenai dirinya. Dalam hadis disebutkan : “ Doa seseorang bagi saudaranya tidak ditolak “.
  8. Tetap setia mencintainya sampai mati terhadap keluarganya ( anak-anaknya ) dan para kerabatnya setelah temannya meninggal seperti sebelumnya. Karena cinta itu sesungguhnya dimaksudkan untuk akherat. Maka jika terputusnya sesudah mati, sia-sialah amal dan usahanya.
  9. Hendaklah ia berusaha meringankan dan tidak membebaninya dengan sesuatu yang memeberatkannya. Maka janganlah meminta darinya sesuatu kedudukan atau harta untuk menghindari kejemuan yang menimbulkan perpecahan. Janganlah memaksanya bersikap tawadhu kepadanya, tetapi ia mengharapkan ridho Allah dengan kecintaannya untuk mencari berkah dengan do’anya dan kesenangan ketika berjumpa dengannya untuk memelihara agamanya dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menunaikan hak-hak NYA dan menaggung bebannya. Dan menampakkan kegembiraan atas semua kegembiraan yang dialaminya serta menampakkan kesedihan atas gangguan yang dialaminya. Ia sembunyikan dalam hatinya seperti apa yang nampak sehingga ia benar- benar tulus dalam kecintaannya, baik dalam keadaan diam-diam maupun terang-terangan. Karena keikhlasan dalam persaudaraan / persahabatan adalah kesamaan sikap pada ucapan dan didalam hati, dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan, dihadapan jemaah maupun dalam keadaan sendirian. Barang siapa tidak ikhlas dalam persahabatannya maka, maka iapun munafiq. Bilamana bathin menyembunyikan dendam dan kedengkian, maka putus hubungan lebih baik daripada persahabatan. Seorang bijak berkata : ‘ Teguran yang nyata lebih baik daripada dendam yang tersembunyi “. Apabila seseorang ingin mengetahui kecintaan temannya kepadanya, hendaklah ia melihat kecintaannya kepada temannya itu. Tanyailah hatimu tentang kecintaan orang lain itu adalah saksi yang tidak pernah menerima suap, janganlah kamu tanyai mata tentang kecintaan itu karena ia akan menunjukkan lain dari yang tersembunyi dalam hati.
  10. Mendahului memberi salam ketika berjumpa dengannya. Demikian pula ia lakukan terhadap orang yang tidak dikenalnya dan melapangkan tempat duduk baginya dalam majelis dan engkau panggil dia dengan nama yang paling disukainya.
  11. Keluar dan menyambut serta mengantarkannya ketika temannya berdiri demi menghormatinya kecuali bila ia melarangnya.
  12. Diam ketika temannya berbicara hingga ia selesaikan bicaranya dan tidak mencampuri pembicaraannya. Memenuhi undangannya bila ia mengundangnya, dan menjenguknya bila ia sakit walaupun sekali. Menghadiri jenazah keluarganya bila meninggal dunia walaupun tidak mengimami sholat jenazah.


Maka siapa saja yang tidak menyukai pada saudaranya seperti ia sukai bagi dirinya, maka persaudaraannya adalah nifaq. Dan persaudaraan itu akan menjadi berat baginya di dunia dan di akherat.

Hak persaudaraan itu berat, tidak ada yang sanggup memenuhinya kecuali orang yang bijaksana. Tidaklah diragukan bahwa pahalanya banyak. Tidak ada orang yang memperolehnya kecuali orang yang mendapat taufiq.

Dan yang ketiga yaitu golongan para kenalan. Maka waspadalah terhadap mereka, karena engkau tidak menemukan kejahatan kecuali dari orang yang dikenalnya. Adapun teman, maka ia akan membantumu. Adapun orang tak dikenal, maka ia tidak menganggumu.

Sesungguhnya kejahatan itu timbul dari para kenalan yang menampakkan persahabatan dengan lisan mereka, tetapi menyembunyikan permusuhan dalam batin mereka. Maka sedikitlah berhubungan dengan para kenalan sedapat mungkin. Apabila engkau terpaksa bergaul dengan mereka di majelis, masjid atau ditempat lain didalam maupun diluar negaramu maka janganlah meremehkan seorangpun dari mereka karena engkau tidak tahu barangkali ia lebih baik darimu disisi Allah SWT.


Alqomah bin Milhan rahimahullah telah mengumpulkan dalam wasiatnya kepada anaknya menjelang wafatnya. Ia berkata : “ Hai, anakku, apabila engkau ingin berteman dengan seseorang, maka bertemanlah dengan orang yang apabila engkau melayaninya dengan perkataan dan perbuatan, ia melindungimu dalam kehormatan, jiwa dan hartamu. Jika engkau berteman dengannya, maka ia menghiasimu. Jika engkau tidak mempunyai biaya, maka ia menanggungnya dan mencukupimu.


Bertemanlah dengan orang yang apabila engkau berbuat baik kepadanya, maka ia membalasmu atau bila engkau berbuat sesuatu kebajikan, ia membantumu. Jika ia melihat kebaikan darimu, ia menyebutnya. Dan jika melihat perbuatan buruk darimu, iapun menutupinya.


Bertemanlah dengan orang yang apabila engkau meminta sesuatu darinya, ia memberimu. Jika engkau diam, ia memulaimu. Dan jika bencana menimpamu, ia menolongmu. Bertemanlah dengan orang yang apabila engkau mengatakan sesuatu, ia benarkan perkataanmu. Apabila engkau berusaha mengatasi suatu perkara yang ia suruh melakukannya, maka ia membantu dan menolongmu. Dan jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka ia lebih mengutamakan engkau”.


Wahai orang yang bersahabat ketahuilah pula terdapat dua tugas didalam mencari teman. Pertama engkau harus mengetahu sarat – sarat mencari teman diantaranya ialah ; pertama, carilah teman yang berakal. Kedua, akhlak yang baik. ketiga, janganlah berteman dengan orang yang fasiq yang terus menerus melakukan maksiat besar, karena tidak ada faedah berteman dengannya. Al-Ghazali berkata : “ Hindarilah berteman dengan orang fasiq, karena penyaksian kefasikan dan maksiat terus menerus menghilangkan dari hatimu kebencian terhadap maksiat dan memudahkan bagimu untuk berbuat maksiat. Keempat, bertemanlah dengan orang yang tidak tamak terhadap dunia. Berteman dengan seseorang yang tamak terhadap dunia adalah racun yang mematikan, karena tabiat diciptakan untuk meniru dan mengikuti temannya. Bahkan tabiat yang baik mencuri dari tabiat yang fasiq dari jalan yang tidak diketahui manusia. Pergaulan dari teman yang tamak menambah ketamakanmu dan berteman dengan orang yang zahid menyebabkan kezuhudanmu dan menambah kezuhudanmu oleh karena itu tidak disukai berteman dengan pencari dunia dan dianjurkan berteman dengan orang – orang yang menyukai akherat. Kelima, berkata benar, maka janganlah berteman dengan orang pendusta, karena engkau tidak tahu keadaannya yang sebenarnya. Orang macam itu bagaikan fatamorgana yang mendekatkan sesuatu yang jauh darimu dan menjauhkan yang dekat darimu. Janganlah berteman dengan orang penakut, karena ia akan membiarkanmu dan lari disaat menghadapi bahaya.
Wahai orang yang bersahabat, apabila engkau mencari teman untuk akheratmu, maka janganlah perhatikan padanya, kecuali agama. Dan apabila engkau mencari teman untuk duniamu, maka janganlah perhatikan, kecuali akhlak yang baik dan keadaan yang menyebabkan kebaikan. Dan apabila engkau mencari teman untuk menghibur hatimu, maka janganlah perhatikan padanya, kecuali keselamatan dari kejahatan dan cobaan serta penipuannya.


Wahai orang yang besahabat, diantara rang – orang yang engkau jadikan teman ada 3 macam sebagaimana dinukil leh Al-ghazali dari al-Ma’mun. salah satu dari mereka adalah seperti makanan yang selalu dibutuhkan, yaitu para ulama. Yang satu lagi perumpamaannya adalah seperti obat yang dibutuhkan dalam waktu tertentu. Perumpamaan lainnya seperti penyakit. Ia tidak dibutuhkan sama sekali, tetapi terkadang seseorang dicba dengannnya. Yakni ia diuji berkumpul bersama orang yang sifatnya seperti penyakit, pendusta dan penakut. Maka haruslah engkau bersikap lunak kepadanya guna menyelamatkan diri darinya dan menolak kejahatannya.


Bersikap lemah lembut kepada orang – orang dengan perkataan dan perbuatan diberi pahala seperti pahala sedekah. Dalam menyaksikan orang semacam itu terdapat faedah besar jika engkau berhasil mengatasinya. Yaitu engkau saksikan hal ihwal perbuatan - perbuatannya yang buruk sehingga engkau menjauhinya. Orang yang bahagia adalah orang yang mengambil pelajaran dari orang lain sedangkan orang yang sengsara ialah orang yang kejelekannya mengungguli kebaikannya. Orang mukmin ialah cermin orang mukmin lainnya. Maka ia mengukur dirinya dengan orang lain dalamhal ihwal dan perkataan yang disukai maupun yang tidak disukainya.

Al-kisah Nabi Isa As adalah orang yang paling bagus adabnya terhadap sesama, sedangkan ia tak mempunyai ayah. lalu siapakah yang mengajarinya adab tersebut ? ketahuilah, sesungguhnya Ia mempelajarinya dengan melihat kebodohan orang yang bodoh, lalu ia menjauhinya.
penulis : bunyani


Indonesia Memilih Indonesia Memilih Indonesia Memilih Indonesia Memilih

0 Komentar
Twit
Komentar

0 komentar:

Posting Komentar