Bergabung di www.ayobai.com

Jejaring Sosial BerWAWASAN NUSANTARA Ayo Bangkit Indonesia untuk situs Pembelajaran, Silahturahim dan Hiburan.

Bergabung di www.ayobai.com

Jejaring Sosial Ayo Bangkit Indonesia.

Bergabung di www.ayobai.com

Halaman depan Ayobai saat pertama diluncurkan tanggal 19 Maret 2012 sebagai Jejaring Sosial Pembelajaran, Silahturahim dan Hiburan.

Bergabung di www.ayobai.com

Tampilan Lounching ayobai 17 Agustus 2012 sebagai Jejaring Sosial dengan visi Ayobai MEMBERI Membangun bErsaMa dengan Bangkit bErsama untuk beRsama menikmatI.

Bergabung di www.ayobai.com

Tampilan ayobai selanjutnya sebagai Jejaring Sosial untuk Indonesia Mandiri.

Sabtu, 16 Februari 2013

SEPULUH BUTIR KEBIJAKSANAAN

Janganlah kita berputus asa terhadap rasa kemanusiaan yang ada dalam diri kita (kebaikan alami sifat manusia ), rasa kemanusiaan bagaikan samudera. beberapa tetes air kotor (angkuh, kekerasan dsb.) tidak akan mampu mengotori seluruh samudera..
  1. Change yourself - kita sendiri mesti menjadi perubahan seperti yang diinginkan terjadi didalam dunia ini.
  2. You are in Control - Tak seorangpun dapat menyakiti kita bila kita tak mengizinkannya masuk.
  3. Forgive and let it Go - Seorang yang Lemah tidak dapat memaafkan. krmampuan memaafkan hanya ada dan dimiliki oleh mereka yang kuat...
  4. Without Action You Aren't Going Anywhere - Satu Tindakan Kecil lebih baik, daripada banyaknya paparan teori.
  5. Take Care Of This Moment - Jangan melihat apa yang dapat terjadi dimasa depan. Pedulilah pada masa kini, karena Tuhan tidak memberikan kita kendaki terhadap apa yang terjadi sesaat lagi.
  6. Everyone is Human - Kita hanyalah seorang individu manusia biasa yang dapat berbuat salah dan kesalahan seperti orang lain juga. Namun, harus ditambahkan kita juga harus memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahan itu dan Memperbaikinya.
  7. Persist - Jangan menyerah, Pantang mundur, jadilah motivator bagi diri kita sendiri.
  8. See The Good in People and Help Them - lihatlah sifat baik didalam diri sesama manusia. Karena kita sendiri tidak sepenuhnya bebas dari keburukan, kita tidak membedah orang lain untuk mencari keburukan mereka.
  9. Be Congruent, Be Authentic, Be Your True Self - Keselarasan antara Apa yang kauucapkan dan apa yang kaulakukan itulah Kebahagiaanmu.
  10. Continue to Grow and Evolve - Perkembangan Terus menerus itulah Hukum alam. Manusia yang bertahan dengan pemikiran lama untuk menunjukkan konsistensi dirinya, sesungguhnya berada pada posisi yang salah.
Tanpa Rasa Kemanusiaan, kita tidak bisa mengapresiasi Kelembutan Rasa manusia dan -kita menjadi keras.

Sabtu, 09 Februari 2013

KABUPATEN/KOTA WILAYAH SULAWESI TENGGARA


SULAWESI TENGGARA
Kabupaten/kota dan Ibu kota untuk
Wilayah Sulawesi Tenggara :
    1. Kabupaten BOMBANA - ibu kota – RUMBIA
    2. Kabupaten BUTON - ibu kota – PASARWAJO
    3. Kabupaten BUTON UTARA - ibu kota – BURANGA
    4. Kabupaten KOLAKA - ibu kota – KOLAKA
    5. Kabupaten KOLAKA UTARA - ibu kota – LASUSUA
    6. Kabupaten KONAWE - ibu kota – UNAAHA
    7. Kabupaten KONAWE SELATAN - ibu kota – ANDOLO
    8. Kabupaten KONAWE UTARA - ibu kota – WANGGUDU
    9. Kabupaten MUNA - ibu kota - RAHA
    10. Kabupaten WAKATOBI - ibu kota - WANGI-WANGI
    11. Kota BAU-BAU
    12. Kota KENDARI

Selasa, 05 Februari 2013

Harapan agar Gubernur Sultra prioritaskan pembangunan Tanggul Banjir


Mendengar Sulawesi Tenggara kita akan teringat keindahan pasir putih Wakatobi. Kabupaten kepulauan Wakatobi yang terdiri dari Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko yang terletak di sebelah tenggara Sulawesi mungkin lebih terkenal dengan keindahan lautnya daripada Sulawesi Tenggara sendiri.

Namun Keindahan laut menyimpan potensi bencana banjir bagi daerah lain di provinsi Sulawesi tenggara. Setidaknya lima daerah rawan banjir ada di sultra yakni Kabupaten Kolaka Utara, Konawe Selatan, Konawe, Bombana dan Kota Kendari.

Bencana banjir ini biasa terjadi dalam kurun waktu desember sampai bulan maret saat musim penghujan. Banjir itu akan memakan korban baik harta, benda maupun jiwa. Terakhir tanggal 15 januari yang lalu, hujan angin kecang disertai gelombang tinggi hingga banjir rob yang merendam rumah-rumah warga di kecamatan Wolo kabupaten Kolaka. Kejadian ini terus berlangsung setiap tahunnya, dan setiap kejadian bisa berlangsung hingga 2 minggu lebih. Harapan kami masyarakat agar pemerintah provinsi dan kabupaten dapat mengatasi masalah banjir tahunan ini.

Semoga Bapak Nur Alam selaku Gubernur Sultra ini dapat membangun tanggul pemecah ombak untuk mengatasi banjir di tahun 2013 ini. Disamping itu kemiskinan di Sulawesi tenggara yang mencapai 13,9 % juga perlu menjadi perhatian.

untuk komentar ayobai silakan disini

Kamis, 31 Januari 2013

Lomba Update Status Harapan untuk Gubernur atau Calon Gubernur 2013







Lomba update status ini dilakukan jejaring sosial indonesia ayobai dalam rangka perayaan 1 Tahun peluncuran dan lounching ayobai. Lomba ini merupakan pembuka dari rangkaian kegiatan lomba dan kegiatan ayobai sepanjang tahun 2013.






Lomba ini bertujuan untuk :
Meningkatkan rasa memiliki terhadap daerah dan memahami permasalahan propinsi di Indonesia sebagai bagian terintegrasi dari NKRI
  1. Menampung  Aspirasi dan Harapan Masyarakat luas terhadap Gubernurnya.
  2. Sosialisasi Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur pada provinsi yang saat ini sedang mendekati masa pilkada  :
  • Provinsi Jawa Barat tanggal 24 Februari 2013
  • Provinsi Sumatera Utara tanggal 07 Maret 2013
Lomba ini terbuka untuk umum sesuai daerah domisili atau daerah asalnya masing-masing. Dengan memperebutkan hadiah Total Jutaan Rupiah. Untuk info selangkapnya dapat mengunjungi http://semarak.ayobai.org

Rabu, 30 Januari 2013

PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI INDONESIA MELALUI PUSKESMAS

puskesmas (garutkab)

Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan yang telah dikembangkan pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN), diperlukan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran,  kemauan,  dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Pusat Kesehatan Masyarakat atau disebut  Puskesmas sebagai suatu lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bersifat dasar yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai yang strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Puskesmas diharapkan mampu menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan antara lain melalui pelayanan rekam medis. Dalam menjalankan aktivitasnya puskesmas memiliki suatu sistem informasi manajemen yang lebih dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yaitu suatu tatanan yang mencakup komponen masukan merupakan data tentang kesehatan, komponen proses, dan komponen keluaran. Sistem informasi ini digunakan sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan dalam manajemen kesehatan, yang mencakup perumusan kebijakan, perencanaan strategis, manajemen operasional dan manajemen pengendalian pengawasan.
Akan tetapi pada pelaksanaannya, terdapat beberapa kendala yang menjadikan fungsi dari puskesmas tidak dapat berkembang dengan baik, diantara kendala tersebut adalah tingkat kesadaran masyarakat kita yang masih rendah dalam hal kesehatan di kawasan tertentu. Disamping itu juga kualitas sumber daya masyarakat yang kurang mumpuni dalam menjalankan tugasnya.
Sudah bukan rahasia lagi apabila terdapat beberapa oknum petugas kesehatan yang nakal , mengabaikan tugas yang telah di embankan pada saat sang oknum petugas tersebut pertama kali di terima.
Melalui ayobai, ayo rekan rekan sesama tenaga kesehatan, mari kita bangkit menuju indonesia yang lebih baik dengan membangun kualitas SDM dan mentalitas di bidang kesehatan. Untuk menyatukan tangan dengan rekan lain di berbagai daerah, sekarang sudah tersedia akses internet yang dapat menjadi jembatan dalam menyatukan visi dan langkah menuju indonesia yang lebih baik.
Penulis : Arif Yulianto 

Bangkitlah Indonesiaku



Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara).

Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra.

Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.


ETIMOLOGI

Kata "Indonesia" berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu Indus yang berarti "Hindia" dan kata dalam bahasa Yunani nesos yang berarti "pulau". Jadi, kata Indonesia berarti wilayah Hindia kepulauan, atau kepulauan yang berada di Hindia, yang menunjukkan bahwa nama ini terbentuk jauh sebelum Indonesia menjadi negara berdaulat. Pada tahun 1850, George Earl, seorang etnolog berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu". Murid dari Earl, James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan India.

Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indiƫ), atau Hindia (Indiƫ); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).

Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan akademik di luar Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk ekspresi politik. Adolf Bastian dari Universitas Berlin memasyarakatkan nama ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894. Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch Pers Bureau di tahun 1913

Ada banyak faktor yang membuat bangsa lebih maju. Tentunya kita dapat mencontoh dan menerapkannya pada keseharian kita. Berikut ini adalah beberapa hal yang membuat sebuah bangsa menjadi maju.
a.       Terus berjuang
“Di dunia ini tidak ada orang yang gagal, yang ada hanyalah orang yang malas”. Mungkin itulah moto yang mereka jadikan pedoman dalam bekerjaJangan mudah menyerah mudah menyerah dalam mendapatkan sesuatu.
b.      No “ngaret”
Pebisnis dikenal sangat tepat waktu. Bagi mereka waktu adalah hal yang paling berharga. Bagi mereka, menunda pekerjaan sama dengan menambah pekerjaan. Sebenarnya sama juga dengan pemahaman orang Indonesia, hanya saja orang Indonesia kurang dalam mengaplikasikannya.
c.       Adanya Rasa Malu
Siapa bilang rasa malu itu harus dihilangkan? Mau jadi apa bangsa ini kalau kita tidak punya rasa malu? Malu di sini bukanlah rasa malu untuk berkembang, tapi malu untuk meneruskan kesalahan. Orang hebat yang merasa gagal, pasti merasa malu dan mengundurkan diri. Bahkan jaman perang dulu, jenderal perang yang gagal rela untuk bunuh diri sebagai upah kegagalannya.
d.      Tidak meninggalkan budaya
Orang Indonesia bukanlah tipe orang yang lupa akan kulitnya. Secanggih apapun modernisasi dan teknologi, mereka selalu memasukkan tradisi bangsa mereka. Ini bukanlah sesuatu yang kuno, tapi justru bisa menjadi ciri khas dan karakter suatu bangsa
e.       Selalu ingin tahu
Motivator besar selalu mempunyai motivasi tersendiri untuk mempelajari hal yang baru. Hal itu didukung pula oleh kebiasaan mereka yang rajin membaca dan terbuka pada pemikiran baru.
Semua hal ini tentu bukan hal yang mustahil jika dilihat dari perkembangan managemen internet yang semakin maju dan berkualitas dengan banyaknya persaingan di kancah nasional maupun internasional. Banyak pendidikan, periklanan, sampai jual beli sekarang-sekarang ini telah meledak dalam dunia internet, tentunya semua itu dapat dikendalikan dengan sistem yang terpadu dalam organisasi yang tertatat dan terencana.



Dengan berkembangnya ayobai saya tertarik untuk ikut andil dalam perkembangan sosial network berbasis nasionalis ini, lingkungan kampus dengan banyaknya muda-mudi adalah sasaran marketing secara umum untuk penggunaan komunikasi secara umum. Banyak ide yang saya ingin tuangkan dalam ayobai, dalam lingkungan saya hal itu akan membantu penyebaran jiwa nasionalis, perbanyakan info-info dan membantu segala aspek dan sektor semakin maju

Darajatun Surya Admaja

Indonesia Harus di Rubah


Oleh : Kurniawan Triwidya Arief
KITA semua merasa prihatin sekaligus sedih apabila dihadapkan kepada realita yang sedang terjadi dewasa ini di segenap lini kehidupan bangsa dan negara. Bukan hanya faktor objektif yang dirasakan masih jauh dari harapan ideal namun dari faktor subjektif pun kita masih dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak anggota masyarakat yang berada dalam posisi apatis, dilematis hingga apolitis.
            Kita semua prihatin, betapa masih banyak diantara kita yang masih merasa enjoy dengan kondisi hari ini baik terhadap dirinya maupun yang berlaku terhadap lingkungan sekitarnya, tidak terlepas dari pengaruh kegagalan pendidikan politik yang tidak optimal dilakukan oleh partai politik sebagai instrumen demokrasi maupun dampak ketidak dewasaan politik yang dilakukan oleh aktor-aktor politik dalam memainkan peran fungsinya dalam mengabdikan diri terhadap kesejahteraan rakyat.
Situasi Hari Ini
            Saat ini, dapat dikatakan Indonesia dihadapkan dalam masa tersulit politik pemerintahan dan kegagalan negara dalam memberikan jaminan kesejahteraannya kepada warganya disepanjang sejarah Republik Indonesia berdiri. Dimana masa peralihan yang saat ini kita kenal dengan era Reformasi dirasakan melenceng jauh dari cita-cita, tujuan dan nilai dari perubahan itu sendiri. Meningkatnya fenomena korupsi yang sudah akut dan melembaga, hilangnya peran negara di banyak fungsi dalam melindungi warga negaranya, munculnya tragedi pelanggaran HAM yang semakin memperpanjang daftar kedegilan negara, semakin lebarnya disparitas sosial, ekonomi, perlindungan hukum dan keadilan, kemudian membludaknya angka pengangguran nasional, meningkatnya konflik agraria, semakin banyaknya deregulasi yang tumpang tindih dengan hierarki kontitusional dan pembukaan UUD 1945, pembiaran bahkan pembelaan terhadap disfungsi peran aktor pemerintahan dan politik yang melenceng, pencabutan dan penghilangan stimulus/subsidi negara di berbagai bidang, komersialisasi pendidikan yang di legitimasi oleh pemerintah, fenomena floatmass yang di tunggangi berbagai kepentingan politis yang menjelma dalam berbagai ormas yang dikondisikan sebagai anjing penjaga stabilitas kekuasaan itu sendiri, kenyataan buruk dan rendahnya integritas para pemimpin mulai dari tingkat daerah maupun pusat yang selalu meninggalkan pesimistis publik dalam mempercayai kinerja pemimpinnya itu sendiri, hingga kepada hilangnya kedaulatan negara dalam mempertahankan hak politik serta kemanan  multilateral dan bilateralnya.
            Begitu banyak persoalan yang kita hadapi ini hari, seakan menjadi sebuah hutang masalah yang akan kita wariskan kepada generasi anak keturunan bangsa ini. Betapa tidak, dalam berbagai rilis media, survei lembaga independen, penelitian akademik, hingga kepada opini yang dilakukan terhadap kondisi Indonesia saat ini hampir sebagian besar menyimpulkan telah gagalnya pemerintah dalam mengelola negara. Celakanya, sebagian besar respon yang terjadi tidak pernah digubris oleh kekuasaan bahkan seringkali dianggap sebagai distorsi yang akan menganggu jalannya stabilitas nasional.
Reformasi Gagal Merubah Indonesia
            Melihat Indonesia dari kacamata media massa dalam beberapa bulan terakhir, kita ibarat disuguhi sebuah kapal yang seolah akan pecah. Mayoritas headlinemenyembulkan pesimisme publik soal pembangunan bangsa dan negara ke depan. Bahkan beberapa kalangan santer menyuarakan bahwa saat ini Indonesia hampir menjadi negara gagal. Banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Ditambah lagi, tingkat kepuasan terhadap Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono juga belum begitu menggembirakan, berada di bawah angka psikologis 50 persen. Seperti yang kita lihat dalam grafik Survei Kepuasan Publik Terhadap Pemerintahan Yudhoyono yang dilakukan oleh Tim Litbang Kompas yang dimuat di Harian Kompas pada hari selasa, 24 Januari 2012.
Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi
            Apa yang dinilai buruk atau negatif dalam demokrasi Indonesia sejauh ini berkaitan dengan tata kelola pemerintahan, terutama dalam penegakan hukum (rule of law) dan pengawasan terhadap korupsi (World Bank, 2011). Berkaitan dengan Penegakkan supremasi hukum dan pemberantasan kosrupsi di Indonesia, saya akan mengutip hasil Survei Nasional di 33 provinsi di Indonesia pada tanggal 8-17 Desember 2011 yang dilakukan oleh LSI (Lembaga Survei Indonesia) dengan hasil survei yaitu proporsi publik menilai bahwa kondisi penegakan hukum di Indonesia sangat buruk dengan penilaian publik terhadap kondisi penegakan hukum pada 2011 adalah yang terburuk dalam 7 tahun terakhir.
           


            Salah satu sumber ketidakpuasan publik terhadap kinerja pemerintahan SBY (jilid dua) adalah pada bidang penegakan hukum, terutama performance lembaga-lembaga penegak hukum dalam memberantas korupsi (hasil Survei LSI Desember 2011). Dua institusi penegak hukum di bawah Presiden, yakni kepolisian dan kejaksaan, bertanggung jawab atas menurunnya kredibilitas pemerintah dalam menangani kasus korupsi. Publik secara umum menilai lembaga-lembaga publik strategis tidak bersih dari korupsi. Dan yang dinilai tidak bersih oleh paling banyak warga adalah Partai dan DPR. Namun di tengah-tengah perasaan negatif terhadap kinerja penegakan hukum dan pemberantasan korupsi ini, publik masih menaruh harapan pada KPK, Publik punya optimisme dan harapan pada KPK bahwa KPK yang sekarang bisa bekerja lebih baik dari yang sebelumnya. Dan tergantung KPK apakah ia mampu memenuhi harapan tersebut atau tidak. Bila tidak, rakyat akan semakin kecewa dengan lembaga-lembaga publik, dan lembaga-lembaga tersebut akan menghadapi krisis legitimasi publik yang akut.

Lebih Banyak Politikus Daripada Negarawan
            Busyro Muqoddas, Ketua KPK dalam pidato kebudayaan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2011 di Taman Ismail Marzuki di bulan November 2011 menyatakan lembaga-lembaga negara banyak dihuni oleh para pemberhala nafsu dan syahwat politik kekuasaan. Naasnya, moralitasnya mendekati titik nol. Akibatnya, budaya korupsi di Indonesia menjadi kian mengakar. Jika kita cermati, perilaku yang ditunjukkan anggota legislatif saat ini telah mencederai rasa etika publik. Ditengah himpitan ekonomi yang mencengkeram masyarakat, seringkali para anggota dewan malah mempertontonkan kemewahan dan gaya perlentenya atas biaya negara di tengah jeritan persoalan masyarakat yang kian hari kian runyam.
            Perlu di ketahui, sesuai yang pernah dilansir oleh salah satu media nasional gaji pokok dan tunjangan Anggota DPR sangatlah tinggi. Dalam media itu disebutkan dalam setahun anggota DPR bisa mengumpulkan pendapatan sebanyak Rp 600 juta rupiah. Jika dikalikan 5 tahun masa jabatan yang diemban, anggota DPR bisa meraup uang sebesar 3 miliar rupiah. Belum lagi tunjangan rapat, studi banding dan sebagainya. Tentu sebuah nilai yang cukup besar. Sayangnya, besarnya pendatan ekonomi yang diterima anggota DPR ini tak disertai sikap kenegarawanan yang baik. Anggota DPR yang seharusnya memperjuangkan kepentingan rakyat dan menyatukan diri dengan penderitaan masyarakat, malah hidup mewah dan mempertontonkannya ke publik. Seandainya mereka bukan pejabat publik, rasanya tak menjadi persoalan. Namun ketika pendapatan ekonomi yang besar itu didapat dari uang rakyat, disinilah proses pencideraan itu terjadi.
            Lebih parah, ditengah hidup gaya parlente dari uang rakyat, anggota DPR belum juga menunjukkan kinerja yang baik. Sepanjang tahun 2010 misalnya, DPR hanya dapat menyelesaikan 16 undang-undang dari 70 undang-undang yang ditargetkan (detiknews.com). Masih tersisa sebanyak 54 RUU yang statusnya tidak tuntas dibahas atau malah naskah RUU-nya belum disiapkan. Dari sisi keaktifan kehadiran, anggota DPR juga menyuguhkan semangat yang sangat minim. Dalam beberapa rapat besar DPR, bangku kosong kerap menghiasai media massa. Itu sebabnya, publik menilai kinerja anggota legislatif menjadi buruk. Merujuk data survei nasional DCSC Indonesia pada rentang waktu 12 – 20 Oktober 2011, mayoritas publik sebanyak 52.1%, menilai bahwa anggota legislatif tidak peduli untuk memperjuangkan kepentingan konstituennya. Begitu pula dengan tingkat kemampuan melakukan tugas kedewanan, sebanyak 45.3% publik menilai anggota dewan tidak memiliki kemampuan. Merujuk kondisi tersebut, semestinya anggota DPR lebih mawas diri. Sebagai pejabat publik dan digaji dari uang rakyat, mereka harus sadar bahwa mereka tak bisa lepas dari sorotan.
            Apabila kita cermati dari apa yang dilakukan oleh anggota DPR seperti terilustrasi di atas, disebabkan besarnya porsi "tujuan memburu benefit" atau kita kenal dengan istilah power-seeking politician dari pada mementingkan "tujuan ideal lembaga DPR". Tujuan ideal lembaga DPR adalah untuk mengagregasi serta mengartikulasikan kepentingan rakyat. Dan oleh publik, tugas ini dipandang tak berhasil dilakukan oleh anggota dewan (merujuk data survei DCSC Indonesia). Mereka memperebutkan posisi kursi di DPR karena Pertama, ingin melakukan akumulasi ekonomi sebanyak-banyaknya. Yaitu mengumpulkan kekayaan seperti telah dikutip di atas. Tujuan Kedua, adalah memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk tujuan kekuasaan politik, yakni tetap dapat mempertahankan kedudukannya dalam pemilu selanjutnya.
            Apabila melihat dalam fenomena yang di kemukakan diatas, argumentasi dasar power-seeking politician ini ialah para politisi yang merupakan makhluk rasional yang tidak steril dari perhitungan untung-rugi dalam setiap mengambil keputusan (karena sebagaian besar politikus saat ini kebanyakan tidak memiliki pengalaman pendidikan politik yang memadai). Menurut Grindle (1989), Kepentingan utama dari politisi saat ini adalah memaksimalkan, dan bila mungkin, mempertahankan kekuasaan yang dimiliki (lazim kita kenal sebagai makiavelis). Untuk tujuan ini, maka para politisi akan dimotivasi oleh keinginan menggunakan sumber daya (resources) apa saja yang dimiliki guna memberikan ganjaran kepada siapa saja yang mendukung mereka, dan memberikan hukuman kepada siapa saja yang mencoba mengganggu.
            Padahal menurut Sutan Sjahrir seperti yang dikutip oleh Ignas Kleiden (2006) dalam Etos Politik Dan Jiwa Klasik, memenggal sajak seorang politisi jerman Friedrich Schiller, das Leben einsetzen und dadurch das Leben gewinnen  yang dapat diartikan ‘politik adalah mempertaruhkan hidup dan dengan itu memenangkan hidup itu sendiri’, Sjahrir memperingatkan bahwa dalam politik, hidup dipertaruhkan untuk dimenangkan, bukan untuk disia-siakan atau dihilangkan dengan cara yang gampangan. lanjut menurut Sjahrir politik adalah usaha dan upaya untuk mewujudkan nilai nilai martabat dan kesejahteraan manusia, bukan sebagai instrumen dan upaya seperti apa yang dikemukakan oleh Grindle.
            Maka dari itulah baru disini dirasakan ketepatan pemikiran Sutan Sjahrir bahwa partai politik sebaiknya berbentuk partai kader dan bukan partai massa, karena dengan partai kader para anggota partai yang mempunyai pengetahuan dan keyakinan politik dapat ikut memikul tanggung jawab politik, sedangkan dalam partai massa keputusan politik diserahkan seluruhnya ke tangan pemimpin politik, dan massa rakyat tetap tergantung dan tinggal dimobilisasi menurut kehendak sang pemimpin.    
Karena itu selain revolusi nasional dibutuhkan juga suatu revolusi sosial yang dinamakan oleh bung sjahrir sebagai revolusi kerakyatan yaitu membebaskan dan memperjuangkan kemerdekaan dan kedewasaan manusia, yaitu bebas dari penindasan serta penghinaan oleh manusia terhadap manusia. Karena Kemerdekaan nasional bukanlah tujuan akhir dari perjuangan politik, tetapi menjadi jalan bagi rakyat untuk merealisasikan diri dan bakat-bakatnya dalam kebebasan tanpa halangan dan hambatan.