Image Text

Rabu, 30 Januari 2013

Bangkitlah pendidikan Indonesia, bangkitlah negeriku


Bangkit merupakan proses perubahan dari kondisi terpuruk menjadi lebih baik. Bangkit adalah perjuangan untuk meraih kemerdekaan berdiri diatas kaki sendiri melawan tirani penindasan. Bangsa kita pernah bangkit. Bangkit untuk bersatu dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia dari penjajahan Belanda dan Jepang kelak. Cerita tentang kebangkitan nasional yang kita dengar sampai sekarang dimulai sekitar 104 tahun yang lalu. Tepatnya pada hari Minggu, 20 Mei 1908, pukul sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang belajar STOVIA berkumpullah segenap pemuda  dan golongan terpelajar. Soetomo menyampaikan gagasannya. STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) yang berarti Sekolah Pendidikan Dokter Hindia adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia-Belanda. Saat ini sekolah ini telah menjadi Fakultas Kedokteran UI. Soetomo menyampaikan kepada segenap mahasiswa kedokteran STOVIA yang berkumpul pada saat itu bahwa bangsa dan tanah air ada digenggaman generasi muda Indonesia kedepan. Inilah cikal bakal organisasi  Boedi Oetomo yang merupakan benih gerakan kebangkitan nasional. Digagaskan oleh Dr.Wahidin, organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Akhirnya Indonesia berhasil meraih kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Berdirinya Budi Utomo yang menjadi awal gerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia tersebut lahir dari pemikiran kaum terpelajar. Semuanya dimulai dari pendidikan untuk mencetak manusia yang berkualitas dan berpikir merdeka.
Tanpa pendidikan mungkin tak akan ada yang namanya kemerdekaan untuk bangsa Indonesia. Tanpa sumber daya manusia yang mumpuni, tidak akan ada gunanya berbagai kekayaan alam yang dilimpahkan Tuhan kepada kita. Kita sedang terjajah, Bung! Bagaimana tidak, Indonesia merupakan negeri yang kaya. Sumber daya energi fosil dan alternatif, kekayaan varietas hewani dan nabati, mineral, barang tambang merupakan contoh kekayaan yang terdapat di Indonesia. Belum lagi ditambah dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa. Namun sayang kekayaan alam tersebut justru dikeruk asing atau diekspor ke luar negeri dalam bentuk barang mentah yang belum memiliki added value yang tinggi. Pemerintah tidak mendapat manfaat yang proporsional atas kerjasama yang dijalin dengan perusahaan asing. Berdasarkan data dari BPS, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada September 2011 mencapai 29,89 juta orang atau sebesar 12,36 persen. Sungguh suatu ironi ditengah melimpahnya kekayaan alam Indonesia masih banyak rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan akibat ketidakmampuan dalam pengelolaan.
Berbeda dengan Jepang, hanya dianugerahi sumber daya alam yang relatif sedikit, Jepang berhasil masuk dalam persaingan ekonomi dan teknologi dunia. Secara geografis Luas Jepang sebetulnya tidak lebih dari pulau Jawa dan hanya terdiri kebanyakan dataran tinggi yang terhampar disana, tentu berbeda dengan negara kita yang memiliki wilayah yang amat luas dengan hamparan tanah yang begitu akan hasil buminya. Titik balik Jepang dimulai pada saat Restorasi Meiji (1868-1912). Pendidikan merupakan prioritas utama dalam modernisasi Jepang. Jepang membentuk program khusus untuk mengirim rakyatnya  yang kebanyakan dari golongan samurai ke luar negeri seperti Eropa, Amerika Serikat dan Asia guna menuntut ilmu dan mempelajari peradaban barat. Tak dipungkiri lagi reformasi pendidikan di Jepang merupakan salah satu kunci keberhasilan negara ini baik di bidang ekonomi, teknologi, dan industri. Kini Jepang berhasil menguasai industri dan teknologi dunia melalui perusahaan-perusahaan raksasanya seperti Toyota, Honda, Sony ataupun Toshiba. Ya, pendidikan adalah kunci untuk bangkit
Ditengah kemerdekaan yang kita nikmati sekarang, pendidikan Indonesia sendiri sedang menghadapi banyak tantangan. Pendidikan yang berkualitas di Indonesia belum bisa diakses oleh semua golongan. Dapat dibayangkan jumlah anak SD sampai SMA yang putus sekolah pada 2010 mencapai 1,08 juta. Angka itu melonjak lebih dari 30 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 750.000 siswa. Tak hanya itu, masih ada 3,03 juta siswa yang tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Pendidikan sudah semakin mahal dan tersebar tidak merata di Indonesia. Salah satu hal yang berpengaruh pula dalam kualitas pendidikan adalah infrastruktur. Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan di Indonesia masih belum merata. Pulau Jawa masih menjadi sentral pembangunan. Banyak kita temui fenomena bahwa Indonesia bagian timur seperti Kalimantan dan Papua belum memiliki infrastruktur pendidikan yang baik. Dari 2.630 bangunan SD yang tersebar di seluruh wilayah Papua, 50% lebih bangunan SD rusak parah dari 1204 sekolah dasar yang ada disana. Di wilayah ini hampir sebagian bangunan tidak permanen, melainkan menggunakan kayu dan beratap daun rumbia. Kondisi kayu-kayu di ruangan kelas itu sudah lapuk termakan usia. Pasalnya, sekolah itu dibangun sekitar tahun 1997. Berdasarkan data dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dari 170.000 gedung SD di Indonesia, 60% di antaranya rusak parah. Bagaimana bisa siswa belajar dengan fokus ketika dibayang-bayangi dengan sekolah yang nyaris ambruk. Selain bangunan yang masih kurang baik secara kualitas dan kuantitas, alat-alat praktikum dan peraga pun masih minim. Hal ini menyebabkan proses transfer ilmu yang terjadi tidak optimal.
Berbagai program dan gerakan nyata dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia pun bermunculan, mulai dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dsb. Bagi pelajar yang membutuhkan bantuan dana untuk melanjutkan pendidikan, Kementerian Pendidikan Nasional memiliki program Beasiswa Unggulan Kemendiknas yang dibuka sepanjang tahun. Untuk menjawab ketidakmerataan akses pendidikan yang berkualitas,  Anis Baswedan menginpirasi kita semua melalui program Indonesia Mengajar dengan mengirimkan pengajar-pengajar ke pelosok negeri. Gerakan ini mewabah dan menjadi sebuah trend positif baru bagi pemuda dan mahasiswa.
Kita telah menjadi bangsa yang merdeka sekarang namun perjuangan belum selesai. Kita masih terpuruk oleh kemiskinan. Perjuangan yang tak kalah berat menanti kedepan dalam rangka mengisi kemerdekaan. Teruslah gapai mimpimu sampai bintang di angkasa. Untuk meraih pendidikan yang berkualitas merupakan tanggungjawab kita bersama. Bangkitlah pendidikan Indonesia, bangkitlah negeriku.
Penulis : Dejee Waluyo  
Indonesia Memilih Indonesia Memilih Indonesia Memilih Indonesia Memilih

0 Komentar
Twit
Komentar

0 komentar:

Posting Komentar